Kamis, 03 Januari 2008

Ironis Pesta Kemewahan dan Hura-hura di Tengah Jerit Tangis Korban Bencana










Akhir Tahun 2007 tidak lepas dari banyaknya bencana yang menimpa negeri ini. Di tengah-tengah berbagai musibah yang menyedihkan ini, ironisnya sebagian kaum Muslim malah menunjukkannya dengan perayaan pesta tahun baru yang penuh dengan kemewahan dan hura-hura. Demikianlah salah satu pernyataan sikap yang disampaikan Ketua Lajnah I'lamiyah Hizbut Tahrir Indonesia, M. Farid Wadji.Dalam pernyataan tertulisnya tentang bencana alam di berbagai tempat di Indonesia HTI menyampaikan keprihatinan yang amat mendalam atas terjadinya musibah di negeri ini. "Bagi yang meninggal dunia kami mendoakan agar diampuni dosanya oleh Allah SWT dan diberikan tempat yang layak. Bagi yang masih hidup agar menghadapi segala musibah ini dengan kesabaran dan tawakal," jelas Farid Wadji. Namun, menurut HTI seharusnya kaum Muslim mengambil pelajaran dari berbagai musibah tersebut, disamping merupakan gejala alam biasa, bencana alam ini tidak bisa dilepaskan dari keserakahan manusia yang merusak alam hanya untuk kepentingan materi tanpa memikirkan dampaknya bagi alam dan manusia. Seperti yang dinyatakan oleh Otto Soemarwoto, pakar lingkungan dari Universitas Padjadjaran, banjir dan longsor seperti terjadi saat ini sebagai risiko dari musim hujan yang diperparah dengan kerusakan lingkungan.Musibah ini juga memberi pelajaran tentang betapa lemahnya kita sebagai manusia dihadapan Allah SWT. Karena itu, kita harus bertanya pada diri kita apakah pantas kita mempertahankan sikap durhaka kepada Allah SWT dengan tidak taat kepada hukum-hukumNya. Bencana demi bencana ini seharusnya membuat kita lebih taat lagi kepada Allah SWT dengan mencampakkan sistem sekuler-kapitalisme selama ini yang telah membuat kita jauh dari Syariah Islam.Melihat lambannya tindakan pemerintah untuk menangani korban bencana, HTI sangat menyesalkan pemerintah juga sepertinya tidak mengambil pelajaran dari berbagai bencana yang terjadi sebelumnya. "Seharusnya, pemerintah jauh hari sebelumnya melakukan upaya pencegahan (preventif) untuk menghindari terjadinya bencana ini, paling tidak bisa meminimalisasi dampak kerusakannya. Karena itu, pemerintah harus melakukan penanganan secepatnya, menolong korban dan memberikan bantuan logistik yang diperlukan."Farid juga sangat menyesalkan sikap yang tidak mencerminkan rasa keprihatinan terhadap bencana ini, yang ditunjukkan dengan perayaan pesta tahun baru yang penuh dengan kemewahan dan hura-hura di tengah jerit tangis para korban banjir. "Seharusnya, dana yang besar untuk pesta tahun baru bisa diberikan kepada korban bencana yang jelas akan meringankan beban hidup mereka," tegas ketua Lajnah I'lamiyyah HTI ini.Di akhir pernyataan sikapnya, Hizbut Tahrir Indonesia menyerukan kepada umat Islam untuk mengulurkan bantuan apa saja yang bisa diberikan, sebagai manifestasi dari pelaksanaan fardhu kifayah guna membantu penderitaan korban bencana. Untuk itu, Hizbut Tahrir Indonesia juga telah membuka Posko HTI Peduli Banjir sejak 26 Desember 2007, melakukan evakuasi, membuka dapur umum, pelayanan kesehatan dan lain-lain.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Kalau saya secara pribadi lebih suka di rumah dari pada harus berhura-hura merayakan tahun baru. Seharusnya bangsa Indonesia sadar tahun baru artinya harus bisa sama sama dalam menolong seseorang-memberikan yang terbaik bagi setiap orang- dan pastinya tidak menyulitkan oorang lain.

Unknown mengatakan...

Menurut saya hal ini sebaiknya di singkirkan sejak dini. Karena hal tersebut memang tidak baik seperti hura-hura melaksanakan pesta yang sebaik nya hrus kita tinggalkan. Terimakasih banyak atas informasi yangdiberikan